2009-01-22

Agresi Israel dalam Pandangan Media

Apa yang dilakukan Israel pasca agresinya ke Palestina? Jawabnya adalah politik informasi (propaganda). Persis seperti yang dilakukan Amerika Serikat (AS) setelah menggempur Irak dan menggulingkan Saddam Husein. Argumen-argumen pembenaran atas peristiwa itu pasti akan dilakukan melalui pemberitaan media. Inilah yang menjadi fokus sorotan dalam kolom ini. Namun, membedah seluruh berita yang muncul di berbagai media tentu sangat melelahkan. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin membedah salah satu berita saja yang muncul di sebuah surat kabar terbesar di Indonesia. Terutama membedah pesan tersembunyi yang bisa jadi terdapat politik informasi (propaganda) Israel di dalamnya. Saya menemukan salah satu berita menarik sebagai contoh kasus. Dalam koran tersebut, edisi 2/1/09, muncul berita dengan judul “Serangan Dilakukan dengan Akurasi Tinggi”. Apa yang terbesit ketika membaca judul ini. Rasanya, tidak berlebihan kalau kita menaruh kecurigaan akan kecenderungan keberpihakan kepada Israel. Memang, kalau kita baca keseluruhan berita, keperpihakan nampaknya dikemas dengan cara yang halus. Tapi, kalau kita jeli membacanya, pesan-pesan Israel akan nampak begitu nyata. Pada awal berita, kita disuguhi berita yang berkesan membela rakyat Palestina. Dalam berita disebutkan “Sebenarnya yang dilakukan Israel terhadap Jalur Gaza bukan sebuah perlindungan diri, melainkan tindakan yang yang bisa dikatakan keterlaluan dan tidak berimbang. Bayangkan, Hamas dari jalur Gaza hanya melontarkan roket, sementara Israel menggunakan teknologi dengan presisi tinggi”. Saya menduga, paragraf awal ini karya asli wartawan harian tersebut untuk membuka “berita sesungguhnya”. Dan, tentu belum masuk inti berita seperti dalam judul yang tertera di atas. Sebab setelahnya, berita merupakan hasil rangkuman dari kantor berita AP/AFP/REUTERS/MON. Intinya, memaparkan bagaimana akurasi serangan Israel. Sumber yang dikutip pun anonim, hanya disebutkan “Menurut seorang pejabat senior Israel”. Akurasi yang dimaksud dimulai sebagai berikut: Pesawat pengintai mulai mengidentifikasi truk-truk atau pejuang yang mengangkut peluncuran roket. Informasi yang didapat dari pesawat pengintai dikirim ke komando pusat untuk dianalisis. Para analis militer Israel kemudian melakukan kesimpulan. Apakah target tersebut berbahaya atau tidak. Hasil analisis kemudian diberi sebagai masukan kepada pilot F-16. Pilot kemudian terbang ke dekat sasaran dan bom otomatis dijatuhkan. Bom itupun masih dilengkapi dengan laser petunjuk jalan. “Ini sama dengan Anda mengemudi sesuai dengan arah yang sudah ditentukan sebuah alat penunjuk jalan, kami tahu persis di mana lokasi sasaran” kata sumber itu. Selanjutnya menyebutkan, untuk mengindari sasaran sipil yang tidak bersalah, kata pejabat itu, sebuah telepon otomatis akan mengontak warga yang ada di dalam bangunan yang menjadi target sasaran. Tujuannya, agar mereka segera menghindari dari lokasi sasaran. Begitulah berita “Serangan Dilakukan dengan Akurasi Tinggi” versi harian itu. Lantas, kita yang masih punya pikiran waras apakah akan menerima begitu saja politik Informasi (propaganda) Israel tersebut? Jawabnya sudah jelas. Propaganda tersebut terlihat mengada-ada. Faktanya, korban yang berjatuhan terbanyak adalah warga sipil dan anak-anak. Belum lagi, betapa tak masuk akalnya perihal telepon otomatis tersebut. Terkait dengan pemberitaan demikian, kita bisa membacanya lewat teori dasar agenda setting media. Teori ini, dalam kajian komunikasi diasumsikan bahwa media menyaring berita, artikel atau tulisan yang dipublikasikannya. Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. (Hadiono Afdjani, 2007). Mengikuti teori ini, saya akan menganalisnya dalam tiga level. Pertama, siapa yang menyusun agenda media dan bentuk agenda tersebut? Pertanyaan itu tentu menunjuk kepada industri media. Dimiliki non-muslim dan tak menutup kemungkinan ada “main mata” dengan Israel. Sementara bentuk agendanya adalah melakukan bias media. Bentuknya, menghadirkan sumber anonim (pejabat senior Israel). Mengakomodir sumber-sumber Israel saja sudah merupakan bukti kemana arah politik media media tersebut, apalagi menghadirkan sumber anonim yang informasinya belum tentu benar. Dalam politik pemberitaan, sesungguhnya ini merupakan bukti strategi penyusunan media yang mengakomodir suara Israel. Muatan informasinya, cenderung kacau dan menyesatkan. Bagaimana Israel punya akurasi tinggi dalam penyerangan terhadap Hamas, sementara faktanya terjadi insiden tentara Israel sendiri saling tembak, bahkan beberapa tentara mampus ditangan kawan sendiri. Sungguh tak masuk akal informasi tersebut. Kedua, kondisi-kondisi yang kurang lebih akan menunjang terbentuknya agenda setting media. Ada banyak pertimbangan saya kira. Dalam hal pemberitaan soal serangan Israel, tak mungkin harian itu mengecam secara terang benderang Israel seperti media lain. Taruhlah seperti majalah Sabili, majalah Suara Hidayatullah atau eramuslim.com. Mengecam Israel secara keras kemungkinan akan berpengaruh pada nasib buruk industri media tersebut, terutama dalam soal (lagi-lagi) “uang”. Maka, kondisi yang semacam ini akan berakibat pada sebuah fakta pemberitaan yang terjadi di harian tersebut. Hasilnya, secara umum media tersebut akan tetap memberitakan kasus serangan Israel tersebut, dengan secukupnya terlihat membela Palestina agar tidak kehilangan pembaca. Dan tetap menjadi “corong Israel” sedapat mungkin dengan cara-cara halus seperti yang sedang kita bahas ini. Sungguh wajah kemunafikan yang nyata. Ketiga, Konsekuensi-konsekuensi agenda setting terhadap perilaku dan opini publik. Sudah jelas, konsekuensi agenda setting tersebut sebagai bentuk nyata virus pemikiran lewat pemberitaan media. Orang akan digiring untuk “memahami” apa yang dilakukan Israel dan kemudian pelan-pelan punya sikap “adil” terhadap Israel. Bagi yang tak punya daya tahan akan serangan pemikiran (informasi) ini, mereka tentu pasrah dan tak akan ada suara lantang mengecam Israel. Contoh nyata yang telah terjangkiti virus ini adalah kaum sekular liberal yang banyak bercokol di negeri ini. Merekalah korban media sesungguhnya. Terakhir, semoga saja kita tetap waspada pada arus serangan informasi menyesatkan dari berbagai media. Tak hanya lewat media cetak, juga media elektronik maupun online. Jangan sampai kita terhasut dengan propaganda-propaganda murahan media. Opini, wacana dan sikap kita hanya satu. Israel adalah penjajah Palestina. Salah satu jalan yang mesti dilakukan adalah mengusir dan menghancurkan Israel dengan apa yang kita punya dan bisa lakukan. Lebih bagus lagi, harapannya, seperti yang dikumandangkan Presiden Iran, Ahmadinejad, mengapuskan Israel dari peta dunia. Dan media, semestinya juga menyuarakan demikian, bukan sebaliknya.

0 comments:

Tambahkan Emoticon Berikut Ini Ke Dalam Komentar Anda. Caranya Cukup Dengan Mengetik Kode Yang Berwarna Biru Di Samping Kanan Emoticon Tersebut.Ingin pasang emoticon ONION HEAD di kotak komentar blog anda ?Klik disini.

:0 :10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63 :64 :65
:66 :67 :68
:69 :70 :71 :72
:73 :74 :75 :76
:77 :78 :79 :80
:81 :82 :83
:84 :85 :86 :87
:88 :89 :90 :91
:92 :93 :94 :95
:96 :97 :98 :99

Posting Komentar

 

Dari mana pengunjung Blog dek Reza ?

My Tweet

follow me